blog-img
30/03/2024

MERAIH MALAM MULIA LAILATUL QODAR

admin | Aqidah

Prof.DR.KH.Sutrisno Hadi, SH. MM.MSi

MERAIH MALAM MULIA

Hari-hari terakhir ini, kita telah memasuki paruh kedua bulan Ramadhan. Bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Al-Qur'an menyebutnya dengan malam lailat al-qadr ( baca : lailatul qadar)(QS.al-Qadr,97:1-3).

Malam yang sempit lailat ad-dhayyiq, karena atmosfir bumi dipenuhi oleh malaikat.   Disebut juga dengan malam yang mulia lailat ash-sharifah, karena disaksikan malaikat dalam jumlah yang banyak (QS.al-Qadr,97:4). Bahkan, begitu pentingnya malam itu sehingga disebut dengan lailat al-muqaddar malam di mana nasib manusia ke depan ditentukan malam itu.

Itulah malam yang langka scarce, sesuatu yang langka pasti punya nilai yang sangat mahal. Malam itu adalah malam seribu bulan (QS.al-Qadar,97:3) atau sama dengan ibadah 83 tahun 4 bulan. 

Ada konteks sosial historis, Rasulullah saw menceritakan ada orang Bani Israil yang berjuang siang dan malam fi sabilillah selama seribu bulan. Para sahabat Nabi takjub mendengarnya. Khusus umat Islam, Allah swt menyediakan kesempatan peluang itu dengan diturunkannya malam lailatul qadar (Lihat : Prof.Dr.Wahbah az-Zuhayli, At-Tafsir al-Munir fi al-'Aqidah wa ash-Shariah wa al-Manhaj , Dar al-Fikr al-Mu'ashir, Beirut-Libanon, 1991).

Dalam kitab Qawa'id at-Tafsir, pengulangan sebutan lailat al-qadr dalam tiga ayat berturut-turut di satu surat menunjukkan pentingnya malam itu bagi manusia dan kemanusiaan. 

Allah,swt menyebutkan pula malam itu sebagai malam yang diberkahi lailat mubarakat, dimana dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS.ad-Dukhan,44:3-4).

Mayoritas ulama bersepaham bahwa lailat al-qadr itu berlangsung setiap tahun. Hanya Ibnu Hajar yang menyatakan hanya sekali sepanjang sejarah manusia. Abu Abdurrahman mengatakan terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan setiap tahun. 

Ia merujuk pada hadits Rasulullah saw diriwayatkan dari Siti Aisyah,ra dalam hadits sahih, bahwa Rasulullah saw bila telah masuk sepuluh malam terakhir Ramadhan melakukan empat hal : menghidupkan malam-malam itu dengan beragam ibadah ; membangunkan keluarga agar juga beribadah pada Allah,swt ; meningkatkan intensitas ibadahnya melebihi waktu lain ; dan mengencangkan ikatan kainnya. Imam Nawawi,rhm dalam Riyadh ash-Shalihin memaknai sebagai bentuk kinayah dari i'tizal an-nisa artinya tidak campur dengan istrinya. 

Lalu, bagaimana kita bisa mendeteksi bahwa malam itu adalah malam kemuliaan lailat al-qadr. Prof.Dr. Wahbah az-Zuhayli menulis bahwa matahari terbit pada hari itu berwarna putih tanpa sinar yang kuat. Suasana malam begitu syahdu, karena seluruh makhluk ciptaan Allah sama sama bertasbih pada-Nya.

Dalam hadits riwayat Abu Daud, tanda-tandanya : udara malam itu cerah menyenangkan. Tidak panas tidak pula dingin. Matahari terbit pada pagi harinya lemah dan berwarna merah ( Lihat : Prof.Dr.Wahbah az-Zuhayli, dalam At-Tafsir al-Munir).

Mengutip pandangan Syaikh Salman ibnu Fahd al-Audah yang mengatakan boleh jadi Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir buat kita.  Juga mengacu pada hadits Rasulullah,saw : "Raihlah lailatul qadar pada malam-malam sepuluh terakhir Ramadhan". Maka, amat ideal dan elegan bila kitapun menyambut sepuluh malam terakhir Ramadhan ini dengan mengikuti sunnah Rasulullah,saw itu. 

Selamat meraih malam yang mulia itu, Allah swt memuliakan dan memberkahi kita semua.

Bagikan Ke:

Populer